Sekarang udah hampir jam 2 pagi dan gw masih di depan laptop..
Ga sengaja tadi baca notes di facebook temen gw si Bejong, entah kesambet setan apa dia tiba-tiba nulis tentang milih calon pasangan hidup. Gara-gara itu gw juga tertarik untuk ngebahas disini. Apa yang gw bahas disini mungkin akan sedikit sensitif dan berpotensi mencederai perasaan yang baca, jadi gw harap agar lebih bijak dalam menyaring kalimat perkalimat, tapi tenang gw akan pake bahasa yang santai hehe
Oke mari kita mulai !
Tiap orang di dunia ini pasti punya gambaran mengenai orang yang akan paling dia idamkan sebagai pendamping hidupnya, jadi ga heran ketika kita sering denger kalimat, “Dia bukan tipe gw”, kalimat yang terkesan angkuh dan menutup semua peluang buat orang yang ditolak. Kalo dipikir pake logika sederhana mungkin ini biasa aja, tapi ketika kita coba mendalaminya dengan logika yang sedikit lebih rumit maka kita akan menyadari bahwa kalimat itu sangat menyakitkan. Biasanya orang seperti ini beranggapan bahwa dia ga mau kalau kedepanya malah lebih sakit dari ini karena memang sudah tidak cocok dari awal. Bertahun-tahun gw menanamkan mindset itu dipikiran gw, sebelum akhirnya gw merasakan menjadi pihak yang dirugikan atas kalimat itu alias orang yang ditolak.
Lain lagi ceritanya dengan salah satu temen gw (sebut saja namanya Kanebo). Dia beranggapan kita harus kasih kesempatan ke orang-orang yang udah dengan susah payah meluangkan waktunya untuk mikirin kita secara simultan (apa ini?). Pada intinya dia ini lebih pilih punya banyak pacar daripada harus nolak dan nyakitin orang yang nembak dia. Dia yakin dengan demikian pada akhirnya orang yang satu persatu putus dari dia akan dapet banyak pelajaran untuk memahami apa itu cinta, singkatnya dia meyakini bahwa dia ini adalah dokter cinta yang bisa bikin pasiennya seneng tanpa membuat si pasien kecanduan. Menurut dia pada akhirnya akan ada satu orang yang terpilih untuk jadi pendamping hidup dia. Cara dia mengeliminasipun menurut dia cukup bijak, yaitu ketika si cowok mulai berprilaki kurang ajar secara fisik maupun verbal maka dia akan memutuskan hubungan itu secepatnya. Begitulah Kanebo hidup dalam cintanya yang rumit tapi simpel.
Dari yang udah dibahas di atas rasa-rasanya ga ada satupun yang benar-benar tepat dan benar-benar salah, semua kembali lagi ke diri sendiri mau seperti apa..
Mungkin kalau ilustrasi diatas cuma berlaku untuk orang yang berpeluang untuk memilih, bagaimana kalau dipihak yang merasa ga punya pilihan alias hanya bisa menunggu dan berharap dipilih ??
Memang faktanya orang-orang seperti ini ada, biasanya dia punya kepercayaan diri yang kurang. Bisa jadi karna sebelumnya pernah ditolak, dicuekin atau yang paling sering adalah bahwa dia merasa fisiknya ga menarik. Hmm..apapun itu, menurut gw tiap orang punya hak untuk tertarik dengan lawan jenisnya dan melakukan usaha-usaha untuk mendapatkan hati lawan jenisnya tersebut. Ditolak atau diterima urusan belakang, karna akan selalu ada pelajaran dari setiap usaha kita yang sungguh-sungguh.
Kasus yang juga sering terjadi adalah ketakutan untuk memulai kembali setelah patah hati. Ini sering dialami oleh orang yang sudah terlalu menaruh harapan pada orang di masa lalunya. Kekecewaan membuatnya enggan untuk percaya pada orang lain bahkan untuk sekedar membuka hatipun rasanya sulit baginya. Pada akhirnya dia menikmati situasi dimana dia bisa mengecewakan orang lain dengan segala bentuk penolakannya. Dalam bentuk halusnya dia akan berkata, “saya memilih untuk tetap single seperti saat ini. Ya ini pilihan saya.” Atau “Saya menikmati masa-masa single saya ini.” Masih banyak lagi kalimat-kalimat diplomatis yang sebenarnya adalah usaha menyembunyikan ketakutan.
Masih banyak lagi contoh-contoh kasus yang bisa menggambarkan rumitnya memilih pasangan. Gw katakan ini rumit, karena memang tidak mudah dan bukan suatu hal yang mustahil.
Sekarang gw mau coba bahas apa aja yang harus dipertimbangkan ketika harus memilih pasangan, atau bahkan pendamping hidup.
JARAK
Keliatannya sepele, tapi banyak yang menganggap ini sebagai masalah yang serius, termasuk gw. Masalah yang paling sering muncul adalah sulitnya menjaga kepercayaan. Saling curiga dengan kesetiaan pasangan memang bukan hal yang asing lagi, bahkan bukti kesetiaan paling kuatpun kadang jadi tidak berguna ketika rasa tidak percaya sudah terlanjur ada. Ga bisa dipungkiri sentuhan fisik seperti gandengan tangan, duduk sebelahan dan hal-hal kecil lainnya sangat dibutuhkan untuk memunculkan rasa sayang, sebaliknya hal-hal seperti itu bila ga ada dalam sebuah hubungan maka lambat laun akan mengurangi energi-energi cinta itu sendiri.
Harus diakui ga sedikit yang bisa bertahan ngejalanin hubungan jarak jauh. Rata-rata dari mereka mengaku telah menurunkan egonya untuk bertemu dan justru menikmati hidup dalam rindu. Mereka tidak terpengaruh dengan jarangnya mereka bisa saling bersentuhan. Mereka yakin komitmen mereka jauh lebih penting daripada sekedar frekuensi mereka bertemu.
KECERDASAN
Untuk hal ini yang dimaksud bukan seberapa tinggi jenjang pendidikan yang udah ditempuh oleh seseorang, melainkan seberapa besar kemampuan seseorang dalam berpikir dalam menyelesaikan masalah dan mencari solusi terbaik. Hal ini penting karena ada kalanya tiap pasangan akan menghadapi situasi-situasi sulit yang memerlukan kemampuan berpikir yang lebih dari biasanya. Dan juga kadang kala salah satu dari pasangan akan membutuhkan orang yang cerdas yang bisa diajak bertukar pikiran dalam mengambil keputusan. Intinya orang cerdas akan memiliki pemikiran yang lebih bijak yang akan menuntun kepada solusi.
Kecerdasan seseorang memang bervariasi dan tidak bisa diukur dengan angka, tapi kita bisa menilainya dari prinsip-prinsip dan filosofi orang itu. Kalo dia ga punya prinsip untuk dirinya sendiri, bagaimana kita bisa mengandalkan dia ? tentu susah dan penuh resiko.
TANGGUNG JAWAB
Mungkin tanggung jawab adalah hal yang cukup mudah untuk dilihat dan dinilai. Seberapa besar dia bertanggung jawab akan menentukan seberapa jauh dia akan melangkah dan mendewasakan dirinya. Orang yang lari dari tanggung jawab akan sulit mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Dia akan cenderung dijauhi, karena ketidakkonsistenannya.
Tanggung jawab adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga orang yang bertanggung jawab akan mendapat feed back yang positif dari lingkungan. Sulit bagi kita mengharapkan sesuatu dari orang yang tidak punya tanggung jawab. Dia akan terus berlari seenaknya sendiri kearah yang mungkin dia sendiri tidak tau hendak kemana.
SEHAT
Sehat yang gw maksud adalah punya gaya hidup yang sehat. Karena orang yang punya gaya hidup sehat akan menjauhkan dirinya dari hal-hal yang buruk. Gaya hidup sehat diantaranya adalah rajin berolah raga, memiliki pola makan yang sehat, cinta kebersihan, jauh dari barang-barang yang merusak kesehatan seperti rokok dan narkoba.
Mereka juga akan menularkan gaya hidup sehatnya kepada kita. Orang yang sehat punya peluang yang lebih besar untuk terus belajar dan berkembang. Tentu ini sangat berguna di masa mendatang.
Selain sehat jasmani, sehat secara rohani juga sangat penting. Orang rohaninya sehat akan lebih mudah untuk sadar akan hal yang baik dan yang buruk bagi dirinya dan lingkungan. Dia akan menjadi teladan bagi orang disekitarnya. Orang yang senang menghina dan memfitnah orang lain jelas bukan orang yang sehat rohaninya.
KOMUNIKASI
Komunikasi adalah hal yang sangat penting, karena tanpa komunikasi akan sulit bagi kita untuk saling mengenal satu sama lain. Tapi komunikasi bukan hanya sebatas pertukaran verbal, melainkan juga pertukaran logika, yaitu saling mengerti perasaan satu sama lain tanpa harus dikomandoi. Maka tidak heran pasangan yang berasal dari tempat (suku, agama, tempat kerja, latar belakang pendidikan) yang sama akan lebih mudah untuk berkomunikasi dan saling memahami. Komunikasi yang saling menguntungkan lambat laun akan meningkatkan rasa saling tergantung dan memiliki. Sudah banyak kasus yang menunjukkan kurangnya komunikasi adalah akar dari perpecahan.
AGAMA
Dalam anjuran pemerintah dan pemimpin agama, pernikahan seiman merupakan keharusan. Bahkan pemerintah melalui KUA tidak menyediakan izin pernikahan beda agama. Berbagai alasanpun diutarakan dan dijelaskan, terutama denganpedoman dari kitab suci. Rasanya tidak ada alasan untuk tidak menjalankannya. Tidak jarang pasangan yang sudah saling cinta akhirnya salah satunya mengalah dengan memeluk agama pasangannya untuk memenuhi persyaratan ini. Tapi faktanya banyak pasangan beda iman yang bisa hidup berdampingan satu sama lain bahkan sampai akhir usia.
Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah apakah dengan menikah dengan orang yang tidak seiman artinya sudah melanggar ajaran Tuhan ? sulit memang untuk menjawabnya hanya dari sudut pandang tertentu. Tapi gw secara pribadi coba mengkajinya dari sudut pandang terbentuknya hubungan itu sendiri. Tentunya hubungan itu terbentuk atas dasar cinta, kasih sayang dan perasaan saling memiliki, dimana perasaan-perasaan itu muncul karena kehendak Tuhan.
Tuhan memberikan sesuatu yang kita namai sebagai CINTA agar kita sebagai manusia bisa saling menyayangi, melindungi dan menghormati antar sesama manusia dan juga antara manusia dengan alam. Perasaan cinta itu makin kuat ketika perasaan si A dan si B bisa bertemu dan muncul ketertarikan untuk saling memberi. Ya kuncinya adalah saling memberi.. tidak peduli siapa yang memberi lebih besar, asalkan mereka bisa saling menerima maka semua akan berjalan. Jadi kalau Tuhan saja mau memberikan cinta kepada umat-Nya maka kenapa kita harus pelit dengan tidak mau memberikan cinta kepada sesama manusia.
Apakah dengan berdampingan dengan orang yang tidak seagama berarti telah mengingkari Tuhan ? lagi-lagi ini pertanyaan yang sulit. Tapi dari sudut pandang gw, ketika kita mencintai orang lain (lawan jenis) dengan penuh kasih sayang dan dengan prinsip-prinsip kebaikan maka kita sudah menjalankan kehendak Tuhan. Karena pada dasarnya tiap orang saat terlahir ke dunia tidak bisa memilih harus lahir sebagai anak dari siapa. Yang artinya kita tidak bisa memlih akan dibesarkan dengan cara apa dan agama apa, semua bergantung pada orang tua kita, setidaknya sampai kita tumbuh dewasa dan bisa memilih dengan lebih bijak.
Ketika ada salah satu dari sebuah pasangan yang memutuskan untuk memeluk agama pasangannya menurut gw itu adalah bentuk ketulusan dari cinta. Cinta yang adalah anugerah dari Tuhan, jadi kenapa kita harus menyalahkan cinta ? Tapi memang ada syarat yang amat harus dipenuhi sebelum mengambil keputusan untuk memeluk agama baru. Orang tersebut harus benar-benar yakin bahwa pasangannya akan menuntunnya menjadi orang yang baik di agama barunya tersebut. Hal inilah yang sering kali sulit dipenuhi, karena banyaknya perbedaan yang dirasakan.
Hmm..
Pada akhirnya kembali ke diri masing-masing, orang seperti apa yang kita inginkan dan kita butuhkan untuk menjadi pendamping hidup kita.
Semua kalimat yang gw tulis di atas ga akan jadi apa-apa tanpa terbukanya pikiran temen-temen pembaca. Konsisten pada apa yang kita pilih dan bertanggung jawab atas pilihan itu tentu akan mengantarkan kita pada kedewasaan. Pada dasarnya orang yang berhak untuk tepat memilih hanyalah orang yang sudah dewasa.