IMPLEMENTASI TEORI SOCIAL COGNITIF – BANDURA

Pengalaman pribadi mengenai Modeling prilaku :
Mama saya adalah orang yang disiplin untuk masalah waktu. Dalam hal bangun dipagi hari Mama saya tidak pernah kesiangan, bahkan bias dipastikan hampir setiap harinya ia selalu bangun paling awal disbanding kita semua. Suatu ketika saya melihat Mama menepuk bantal sebelum tidur, dan esok harinya akupun bertanya mengenai hal itu. Ternyata itu adalah sugestinya untuk bias bangun pagi. Mama mencontohkan kepadaku cara mensugesti diri untuk bangun pagi. Bila ingin bangun jam 5 maka yang harus aku lakukan adalah dengan menepuk bantal itu 5 kali sebelum tidur, bila ingin bangun jam 4 maka tepuk bantal itu 4 kali dan begitu seterusnya. Cara ini terbukti ampuh dan menjadi sugesti yang terus saya pakai sampai saat ini, jadi saya tak harus mengeluarkan uang untuk membeli jam Waker dan baterainya. Dan hal ini juga kembali diikuti oleh keponakan saya yang tinggal serumah, walau hasilnya belum dirasakan olehnya.
Bentuk modeling yang tergjadi adalah prilaku memukul bantal sebelum tidur yang didapat dari Mama. Hal ini juga membuktikan bahwa lingkungan mempengaruhi prilaku kemudian membentuk kepribadian, lalu kemudian prilaku juga kembali mempengaruhi lingkungan.

TES KRAEPELIN

BAB I
TES KRAEPELIN

1.1 SEJARAH
Tes kraepelin diciptakan oleh seorang psikiater jerman bernama Emilie kraepelin pada tahun 1856 – 1926. Alat tes ini terlahir karena adanya dasar pemikiran dari faktor-faktor yang khas pada sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Pada mulanya merupakan tes kepribadian. Namun dalam pekembangannya telah berubah menjadi tes bakat, dengan cara merubah tekanan skoring dan interpretasi. Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa alat tes ini akan mengungkap beberapa faktor bakat diantaranya: kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan kerja di dalam tekanan.
Emil Kraepelin dilahirkan pada tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz dan wafat pada tanggal 7 Oktober 1926 di Munich. Ia menajdi dokter di Wurzburg tahun 1878, lalu menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich. Pada tahun 1882 ia pindah ke Leipzig untuk bekerja dengan Wundt yang pernah menjadi kawannya semasa mahasiswa. Dari tahun 1903 sampai meninggalnya, ia menjadi profesor psikiatri di klinik psikiatri di Munich dan sekaligus menjadi direktur klinik tersebut. Emil Kraepelin adalah psikiatris yang mempelajari gambaran dan klasifikasi penyakit-penyakit kejiwaan, yang akhirnya menjadi dasar penggolongan penyakit-penyakit kejiwaan yang disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Emil Kraepelin percaya bahwa jika klasifikasi gejala-gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi maka asal usul dan penyebab penyakit kejiwaan tersebut akan lebih mudah diteliti. Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia. Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980an.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Aspek – aspek tes Kraepelin
Alat tes ini terlahir karena adanya dasar pemikiran dari faktor-faktor yang khas pada sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Pada mulanya merupakan tes kepribadian. Namun dalam pekembangannya telah berubah menjadi tes bakat, dengan cara merubah tekananskoring dan interpretasi. Satu hal yang perlu anda ketahui bahwa alattes ini akan mengungkap beberapa faktor bakat diantaranya: kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan kerja di dalam tekanan.
Kraepelin menjadi terkenal terutama karena penggolongannya mengenai penyakit kejiwaan yang disebut psikosis. Ia membagi psikosis dalam dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia.

Kraepelin juga dikenal sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, antara lain menggunakan test psikologi untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan kejiwaan. Salah satu test yang diciptakannya di kenal dengan nama test Kraepelin. Test tersebut banyak digunakan oleh para sarjana psikologi di Indonesia pada era tahun 1980an.
Menurut Dr. J. de Zeeuw, tes Kraepelin digolongkan sebagai tes yang mengukur faktor – faktor khusus non intelektual (tes konsenterasi). Sedangkan menurut Anne Anestesi, tes Kraepelin merupakan tes kecepatan. Ini ditunjukan dengan banyaknya soal yang dibatasi waktu dimana testi dipastikan tidak dapat menyelesaikan seluruh soal. Jadi pada tes Kraepelin memang testi tidak diharapkan untuk menyelesaikan seluruhnya setiap lajur. Yang dilihat disini adalah kecepatan kerja testi.
Selain kecepatan kerja, faktor – faktor lain yang diungkapkan adalah ketelitian, konsenterasi dan stabilitas kerja. Aspek – aspek yang berpengaruh bermacam – macam, misalnya persepsi visual, konseptual, koordinasi senso-motorik, pushing power, ketahanan, learning effect.
2.2. Tujuan pengetesan
• Tes kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum performance seseorang. Oleh karenanya tekanan skoring dan interpretasi lebih didasarkan pada hasil test secara obyektif bukan pada arti proyektifnya.
• Dari hasil perhitungan obyektif, dapat diinterpretasikan 4 hal :
1. Faktor kecepatan (speed factor)
2. Faktor ketelitian (accuracy factor)
3. Faktor keajekan (rithme factor)
4. Faktor ketahanan (ausdeur factor)
2.3. Fungsi dan implementasi tes Kraeplin
• Tes kraepelin dapat digunakan untuk menentukan tipe performance seseorang, misalnya :
1. Hasil penjumlahan angka yang sangat rendah, dapat mengindikasikan gejala depresi mental
2. Terlalu banyak salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental
3. Penurunan grafik secara tajam, dapat mengindikasikan epilepsi atau hilang ingatan sesaat waktu tes.
4. Rentang ritme/grafik yang terlalu besar (antara puncak tertinggi & terendah) dapat mengindikasikan adanya gangguan emosional.

2.4. Alat yang dibutuhkan ( administrasi )
1. lembar tes Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 lajur angka, namun biasanya yang dikerjakan hanya 40 lajur.
2. stopwatch
3. pensil
4. meja yang cukup luas
5. papan tulis , kapur atau flip chart untuk dipergunakan tester saat menjelaskan pada testi.

2.5. Prosedur pelaksanaan tes
1. bagikan lembar tes pada testi
2. testi diminta mengisi identitas pada tempat yang sudah ditentukan dalam lebar tes, dan tidak membuka lembaran tes sebelum diinstruksikan.
3. Berikan contoh mengisi/menjawab lembar tes di papan tulis.
4. Instruksi : “dalam tes ini anda akan menghadapi kolom – kolom yang terdiri dari angka. Tugas anda adalah “ :
1. Jumlahkan tiap – tiap angka dengan angka diatasnya, kerjakan dari atas kebawah.
2. Dari angka hasil penjumlahan tersebut, anda cukup menuliskan angka satuannya saja, misalnya hasil penjumlahan itu adalah 14 , maka anda hanya menulis angka 4 disamping kanan – antara kedua angka tersebut.
3. Bila anda membuat kesalahan dalam menjumlahkan, misalnya anda menjawab 8 padahal jawabannya adalah 3, mak anda tidak perlu menghapusnya. Anda cukup mencoret dengan satu garis angka yang salah tersebut dan menggantinya dengan angka yang benar.
4. Setiap mendengar ketukan (dicontohkan) , maka anda harus pindah ke lajur selanjutnya disebelah kanan. Dan mulailah kembali mengerjakan dari bawah keatas di lajur yang baru tersebut.
5. Anda hendaknya bekerja secepat dan seteliti mungkin.
6. Sebagai latihan marilah kita mengerjakan contoh yang terdiri dari 2 lajur angka yang terdapat pada lembaran tes. Kita mulai dari lajur kiri, mulai dari bawah dijumlahkan dengan angka diatasnya. “ya mulai”… setelah 30 detik beri ketukan, “stop, pindah kekolom selanjutnya”. Setelah 30 detik beri ketukan dan ucapkan “ya berhenti”. Setelah mengerjakan contoh pastikan semua testi mengerjakan dengan benar. “sekarang semuanya sudah paham?” , “sekarang letakkan dulu alat tulis anda”
7. Andan buka kertas yang ada dihadapan anda, bila saya beri tanda mulai maka anda mulai mengerjakan dari kolom paling kiri dari bawah keatas. Bila saya ketuk maka anda harus pindah kekolom selanjutnya. “Siap?” ,, “mulai !!”
Tes kraepelin merupakan tes yang sering digunakan dalam rekruitmen karyawan. Bagi anda yang sudah mengikuti tes kerja, tentunya anda pernah melakukannya. Dimana anda disuguhi lembar kertas yang penuh berisi angka – angka dan anda diminta menjumlahkan angka diatas dan dibawahnya yang berdekatan dalam satu kolom dan menulis hasilnya diantara angka tersebut, kemudian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan tester akan meminta anda melanjutkan kekolom selanjutnya sampai waktu tes berakhir.
2.6. Skoring
1. Menyambung / membuat garis dari puncak tertinggi sehingga membentuk grafik
2. Garis timbang : puncak teringgi + puncak terendah : 2
3. Kecepatan testi mengerjakan lajur tiap menit :
2 x ( jumlah angka diatas garis timbang – angka dibawah garis timbang) : 40
4. Ketelitian :
Jumlah kesalahan 15 lajur ( 5 lajur terdepan, 5 lajur tengah dan 5 lajur terakhir)

2.7. Interpretasi
Interpretasi hasil dapat mencakup :
1. Kecepatan, bisa mengindikasikan tempo kerja
2. Ketelitian, bisa mengindikasikan konsentrasi kerja
3. Keajekan, bisa mengindikasikan stabilitas emosi.
4. Ketahanan, bisa mengindikasikan daya tahan terhadap situasi keadaan menekan.
Individu dikatakan memiliki perfoma kerja yang baik jika dalam rentang waktu yang lama, dalam situasi menekan ( stressfull) mampu menunjukan kerja yang cepat, teliti dan stabil.

BAB III
KESIMPULAN
Menurut Dr. J. de Zeeuw, tes Kraepelin digolongkan sebagai tes yang mengukur faktor – faktor khusus non intelektual (tes konsenterasi). Sedangkan menurut Anne Anestesi, tes Kraepelin merupakan tes kecepatan. Ini ditunjukan dengan banyaknya soal yang dibatasi waktu dimana testi dipastikan tidak dapat menyelesaikan seluruh soal. Jadi pada tes Kraepelin memang testi tidak diharapkan untuk menyelesaikan seluruhnya setiap lajur. Yang dilihat disini adalah kecepatan kerja testi.
Selain kecepatan kerja, faktor – faktor lain yang diungkapkan adalah ketelitian, konsenterasi dan stabilitas kerja. Aspek – aspek yang berpengaruh bermacam – macam, misalnya persepsi visual, konseptual, koordinasi senso-motorik, pushing power, ketahanan, learning effect.
Tes kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum performance seseorang. Oleh karenanya tekanan skoring dan interpretasi lebih didasarkan pada hasil test secara obyektif bukan pada arti proyektifnya.
• Dari hasil perhitungan obyektif, dapat diinterpretasikan 4 hal :
5. Faktor kecepatan (speed factor)
6. Faktor ketelitian (accuracy factor)
7. Faktor keajekan (rithme factor)
8. Faktor ketahanan (ausdeur factor)

DAFTAR PUSTAKA

Klik untuk mengakses TES%20KRAEPELIN.pdf

http http://www.e-psikologi.com epsi tokoh_detail

Ringkasan film “Temple Grandin”

Awal film ini dikisahkan dimana Temple pergi kerumah bibinya disebuah peternakan. Temple banyak belajar dari apa yang ada disekelilingnya, termasuk sapi yang ada dipternakan tersebut. Dia juga belajar bagaimana sapi – sapi diperlakukan. Suatu ketika ia terheran – heran saat melihat sapi yang dipaksa masuk kesebuah alat yang cara kerjanya adalah dengan menekan / menjepit bagian tubuh sapi tersebut, dan Temple pun bertanya mengenai apa yang sedang dilakukan para gembala sapi tersebut. Merekapun menjelaskan bahwa alat itu dibuat untuk menenangkan sapi dari rasa stress. Suatu ketika Temple mengalami stress yang cukup tinggi akibat kamar miliknya “dirasa” bukan miliknya lagi dan tampak ada yang aneh yang membuatnya takut bukan main. Lalu dia teringat akan alat penurun stress yang dipakai untuk sapi tadi, diapun langsung berlari dan meminta bibinya untuk menjepitnya ddengan alat itu, dan ajaibnya Temple merasa stress-nya berkurang.
Ibunya yang datang kepeternakan mengajak Temple untuk kembali bersekolah. Pada tahun 1966 ia masuk ke Universitas. Disini ia mengalami rasa gugup yang sangat luar biasa yang membuatnya depresi, hal ini diakibatkan ia belum benar – benar siap beradaptasi dengan lingkungan asrama itu. Ibunya yang mengetahui hal itu hanya bisa membiarkannya dengan maksud agar Temple mampu mengatasi proses adaptasinya tersebut. Lalu Ibunya teringat pada masa kanak – kanak Temple, dimana Temple kurang bisa focus dan mudah marah. Sejak usia 4 tahun Temple memang sudah divonis mengidap autis. Selain tidak focus dan mudah marah Temple juga menghindari sentuhan dengan orang lain.
Dokter yang telah memvonis Autisme yang diidap Temple menyarankan agar Temple dimasukan ke tempat khusus, namun ibunya tak menghiraukan dan memutuskan membesarkannya dengan cara yang sama dengan anak normal lainnya dan menyewa seorang pelatih bicara untuk Temple.
Diuniversitas Temple membuat alat yang serupa dengan alat penenang yang ada dipternakan bibinya. Ini dia lakukan karena dia masih sering mengalami stress, namun setelah mengetahui hal tersebut, pihak universitas melarang keberadaan alat itu karena dianggap sebagai alat pemuas seks. Namun Temple tak tinggal diam, diapun pergi kerumah bibinya lalu memintanya berbicara pada pihak universitas mengenai spesifikasi dan kegunaan alat itu, dan Temple pun menjelaskan dengan cara ilmiah kegunaan dan cara kerja alat itu dalam menurunkan stress. Pada akhirnya pihak universitas-pun mengizinkan penggunaan alat itu dan Temple juga tak ragu untuk meminta teman – temannya memakai alat itu untuk menunjukan bahwa alat itu juga bekerja sama baiknya pada orang normal dalam menurunkan stress.
Sebelumnya Temple baru saja dikeluarkan dari universitas lain karena dia memukul kawannya. Dari banyak pengajarnya hanya satu orang – yang benar – benar memahami potensi Temple, dia adalah Dr. Carlock yang kemudian memotivasi Temple agar mau meneruskan kuliahnya. Dan Dr. Carlock juga selalu mengajarkan pada Temple agar mau menemukan “pintu” baru sebagai bentuk penjelajahannya didunia yang baru. Pada akhirnya Temple lulus dari universitas dan bekerja di peternakan. Dia juga menyanyikan lagu “You’ll never walk alone” untuk menggambarkan bagaimana ia memotivasi dirinya dan orang lain, bahwa semua orang tak akan pernah sendiri saat mengarungi hidup. ini ia berhasil menciptakan sebuah alat yang mirip dengan alat penenang sapi yang dulu namaun dengan beberapa instrument tambahan. Dia juga membuat sebuah track untuk sapi – sapi yang bentuknya mirip dengan pola jalan sapi pada kondisi alamiah seekor sapi. Dia juga berhasil menemukan cara membunuh sapi ternaknya dengan cara yang lebih halus / manusiawi.
Dalam sebuah kesempatan Temple diminta berbicara disebuah konvensi autism, dia menceritakan bagaimana ia mengatasi permasalahannya sebagai seorang autis dan mencapai pendidikan akademik sebaggaimana layaknya orang normal. Dia juga menceritakan bagaimana ibunya mereawat dan mendidiknya. Semua orang yang hadir disana sangat terkesan dengan pengalaman Temple.

kepribadian sehat menurut teori psikoanalisa dan behavioristik

Perkembangan kepribadian Menurut Erikson
Menurut Erikson, perkembangan manusia melewati suatu proses dialektik yang harus dilalui dan hasil dari proses dialektik ini adalah salah satu dari kekuatan dasar manusia yaitu harapan, kemauan, hasrat, kompetensi, cinta, perhatian, kesetiaan dan kebijaksanaan. Perjuangan di antara dua kutub ini meliputi proses di dalam diri individu (psikologis) dan proses di luar diri individu (sosial). Dengan demikian, perkembangan yang terjadi adalah suatu proses adaptasi aktif.
Remaja menurut Erikson, memiliki dua kutub dialektik yaitu Identitas dan Kebingungan . Salah satu dari pencarian individu dalam tahapan ini yaitu pencarian identitas dirinya dengan menjawab satu pertanyaan penting yaitu “Siapa Aku?”. Bila individu berhasil menjawabnya akan menjadi basis bagi perkembangan ke tahap selanjutnya. Namun, apabila gagal, maka akan menimbulkan kebingungan identitas di mana individu tidak berhasil menjawab siapa dirinya yang sebenarnya. Apabila seorang individu tidak berhasil menemukan identitas dirinya, maka ia akan sulit sekali mengembangkan keintiman dengan orang lain terutama dalam hubungan heteroseksual dan pembentukan komitmen seperti yang terdapat dalam pernikahan.
Perkembangan kepribadian dalam teori psikoanalisis Erickson
Trust VS Mistrust (0-1/1,5 tahun)
Perkembangan basic trust, essensial. Dalam derajat tertentu diperlukan juga perkembangan ketidakpercayaan (mistrust) untuk mendeteksi suatu bahaya atau suatu yang tidak menyenangkan & membedakan orang-orang yang dapat dipercaya / tidak.
2. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu ( early chilhood : 1/1,5-3 tahun)
Mulai mengembangkan kemandirian. Bisa timbul kegelisahan, ketakutan dan kehilangan rasa percaya diri apabila suatu kegagalan terjadi.
3. Inisiatif VS Rasa Bersalah (late chilhood : 3-6th)
Komponen positif adalah berkembangnya inisiatif. Modalitas dasar psikososialnya : “membuat”, “ campur tangan”, “mengambil inisiatif” , membentuk”, melaksanakan pencapaian tujuan dan berkompetisi”.
4. Industri VS Inferiority ( usia sekolah:6-12 tahun)
Dimulai industrial age. Pengalaman berhasil memberikan rasa produktif, menguasai dan kompetitif. Kegagalan menimbulkan perasaan tidak adekuat & inferioritas merasa diri tidak tidak berguna.
5. Identitas dan Penolakan VS difusi Identitas ( masa remaja: 12-20 tahun)
Tahap perkembangan sebelumnya memberi kontribusi yang berarti pada pembentukkan Identitas dapat terjadi krisis identitas. Fungsi dasar remaja : mengintegrasikan berbagai identifikasi yang mereka dapat pada masa kanak-kanak untuk melengkapi proses pencarian identitas.
6. Intimasi dan Solidaritas VS Isolasi (Early adulthood : 20-35 th)
Perkembangan identitas mendasari perkembangan keakraban indvidu dengan orang lain. Kemampuan mengembangkan hubungan dengan sejenis/lawan jenis. Salah satu aspek keintiman adalah solidaritas. Jika keintiman gagal dicapai, individu cenderung menutup diri.
7. Generativitas VS Stagnasi/ mandeg ( middle adulthood : 35-65 th )
Generativitas bertitik tolak pada ‘pentingnya dan pengarahan generasi berikutnya’. Penting menumbuhkan upaya-upaya kreatif dan produktif . Bila generativitas gagal, terjadi stagnasi.
8. Integritas VS Keputusasaan (later years: diatas 65 th)
Secara ideal telah mencapai integritas Integritas : menerima keterbatasan hidup, merasa menjadi bagian dari generasi sebelumnya, memiliki rasa kearifan sesuai bertambahnya usia, merupakan integrasi akhir dari tahap-tahap sebelumnya. Bila integritas gagal : timbul keputusasaan, penyesalan terhadap apa yang telah dan belum dilakukannya, ketakutan dalam menghadapi kematian.

Perkembangan kepribadian menurut Sigmund Freud
Teori Freud. Psikoanalisis hampir diidentikan dengan sosok seorang Freud. Sigmund Freud (1856-1939) lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia yang pada masa itu merupakan provinsi di bagian utara Kekaisaran Autro Hongaria dan sekarang adalah wilayah Republik Ceska.
Pandangan pandangan freud terus berkembang selama kariernya yang panjang. Hasil kolektif tulisan tulisan yang luas merupakan sebuah sistem rinci tentang perkembangan kepribadian. Freud mengemukakan tiga struktur spesifik kepribadian yaitu Id, Ego dan Superego. Ketiga struktur tersebut diyakininya terbentuk secara mendasar pada usia tujuh tahun.
Struktur ini dapat ditampilkan secara diagramatik dalam kaitannya dengan aksesibilitas bagi kesadaran atau jangkauan kesadaran individu. Id merupakan libido murni atau energi psikis yang bersifat irasional. Id merupakan sebuah keinginan yang dituntun oleh prinsip kenikmatan dan berusaha untuk memuaskan kebutuhan ini.
Ego merupakan sebuah pengatur agar id dapat dipuaskan atau disalurkan dalam lingkungan sosial. Sistem kerjanya
pada lingkungan adalah menilai realita untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego. Sedangkan Superego sendiri adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan nilai baik-buruk, salah- benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan Ego yaitu Id.
Kecamasan
Bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud adalah tentang kecemasan. Kecemasan ini menurutnya berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Menurut Freud kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita, neurotik dan moral.
(1) Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.
(2) Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum, dan
(3) Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.

Tahap Perkembangan Kepribadian
Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun, meliputi beberapa tahap yaitu tahap oral, tahap anal, tahap phalik, tahap laten, dan tahap genital.

konsep kesehatan mental menurut Usber

Kesehatan mental adalah kondisi dimana aspek kejiwaan seseorang tidak mengalami gangguan. Gangguan yang dimaksudkan disini adalah hal – hal yang menimbulkan perilaku abnormal. Misalnya schizophren, paranoid, phobia, dan lain – lain.
Kesehatan mental merupakan aspek psikologis yang kaitannya pada kemampuan seseorang berprilaku secara normal, sehingga mampu berinteraksi dengan orang lain dengan baik.
Ciri – ciri orang yang kesehatan mentalnya terganggu bisa dilihat dalam DSM IV – TR , yang merupakan buku panduan ciri – ciri abnormalitas seseorang sehingga dapat digolongkan jenis penyakit mentalnya.

sejarah kesehatan mental

Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat. Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.[1]
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan alam di Eropa.
Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers pernah sakit mental dan dirawat selama dua tahun dalam beberapa rumah sakit jiwa. Ia mengalami sendiri betapa kejam dan kerasnya perlakuan serta cara penyembuhan atau pengobatan dalam asylum-asylum tersebut. Sering ia didera dengan pukulan-pukulan dan jotosan-jotosan, dan menerima hinaan-hinaan yang menyakitkan hati dari perawat-perawat yang kejam. Dan banyak lagi perlakuan-perlakuan kejam yang tidak berperi kemanusiaan dialaminya dalam rumah sakit jiwa tersebut. Setelah dirawat selama dua tahun, beruntung Beers bisa sembuh.
Di dalam bukunya ”A Mind That Found Itself”, Beers tidak hanya melontarkan tuduhan-tuduhan terhadap tindakan-tindakan kejam dan tidak berperi kemanusiaan dalam asylum-asylum tadi, tapi juga menyarankan program-program perbaikan yang definitif pada cara pemeliharaan dan cara penyembuhannya. Pengalaman pribadinya itu meyakinkan Beers bahwa penyakit mental itu dapat dicegah dan pada banyak peristiwa dapat disembuhkan pula. Oleh keyakinan ini ia kemudian menyusun satu program nasional, yang berisikan:
1. Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para penderita mental.
2. Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para penderita penyakit emosi dan mental.
3. Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
4. Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga akhir hayatnya.[2]
Dasar dan Tujuan Mempelajari Kesehatan Mental
Kesanggupan seseorang untuk hidup rela dan gembira bergantung pada sejauh mana ia menikmati kesehatan mental. Kesehatan mental yang wajar adalah yang sanggup menikmati hidup ini, rela kepadanya, menerimanya dan sanggup membentuknya sesuai dengan kehendaknya.
Pemahaman terhadap kesehatan mental yang wajar memestikan akan pengetahuan tentang konsep dasar kesehatan mental, seperti yang telah dijelaskan oleh para psikolog, yaitu motivasi (motivation), pertarungan psikologikal (psychologgical conflict), kerisauan (anciety), dan cara membela diri.[3]
Motivasi adalah keadaan psikologis yang merangsang dan memberi arah terhadap aktivitas manusia. Dialah kekuatan yang menggerakkan dan mendorong aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu motivasi primer (biologis) yang mempunyai kaitan dengan dengan proses organik atau yang timbul dari kekurangan atau kelebihan pada sesuatu yang berkaitan dengan struktur organik manusia. Kedua, motivasi sekunder (psikologi) yang jelas tidak ada kaitannya dengan organ-organ manusia.
Pertarungan psikologis adalah terdedahnya (tercegahnya) seseorang kepada kekuatan-kekuatan yang sama besarnya yang mendorongnya kepada berbagai hal dimana ia tidak sanggup memilih salah satu hal tersebut.
Kerisauan, secara umum, adalah pengalaman emosional yang tidak menggembirakan yang dialami seseorang ketika merasa takut atau terancam sesuatu yang tidak dapat ditentukannya dengan jelas. Biasanya keadaan ini disertai perubahan keadaan fisiologis, seperti cepatnya debaran jantung, hilang selera makan, rasa sesak nafas, dan lain sebagainya.
Cara membela diri merupakan cara yang dibuat dan dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar untuk menghindarkan dirinya menghadapi pergolakan kerisauan yang dihadapi dan kekuatan-kekuatan yang bertarung dengan nilai-nilai, sikap dan tuntutan masyarakat.
Mempelajari kesehatan pada berbagai ilmu itu pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:[4]
1. Memahami makna kesehatan mental dan faktor-faktor penyebabnya.
2. Memahami pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penanganan kesehatan mental.
3. Memiliki kemampuan dasar dalam usaha peningkatan dan pencegahan kesehatan mental masayarakat.
4. Meningkatkan kesehatan mental masyarakat dan mengurangi timbulnya gangguan mental masyarakat.
________________________________________
[1] Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Bandung: CV. Mandar Maju, 1989,
[2] Dr. Kartini Kartono, Hygiene Mental…
[3] Hasan Langgulung, Teori-Teori Kesehatan Mental, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986, hal. 50-76.
[4] Moeljono Notosoedirdjo, Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2002, hal. 14.

Kesehatan Mental (part 1)

antara niat dan kebodohan

malam itu kira – kira jam 19.30-an gw mau nyari kado yang spesial buat ultah Tika besok. Sampai detik itu gw belom tau mau beli apa. Jadilah gw keliling kota Tangerang tercinta dengan tujuan yang ga belom tau arahnya.
setelah muter sana – sini akhirnya gw mendarat di toko boneka didaerah Ciledug. begitu masuk disambutlah gw dengan suguhan boneka doraemon seukuran bajaj (agak lebay). karena gw tau Tika suka doraemon jadi Gw pun langsung nyamperin dan nanya harga. Setelah melewati sesi tawar – menawar akhirnya tercapai kesepakatan harga dan boneka pun siap diangkut. Tapi yang terjadi adalah gw dan karyawan toko itu kebingungan gimana cara gw ngebawa boneka itukalo cuma pake motor. setelah 15 menit berlalu akhirnya kita nyerah, duitpun dibalikin.. hahah
Ditempat kedua gw dateng ketoko piyama atau leebih tepatnya toko springbed. setelah nanya motif doraemon dan harganya akhirnya gw sepakat. tapi pas gw liat – liat lagi ternyata gw lupa bahwa gw ga tau ukuran badan Tika, takutnya kekecilan karna kat mbak yang jaga toko biasanya piyama itu dipakenya sama anak kecil. akhirnya batal lagi dan duit dibalikin.. hahah
Ditempat ketiga kali ini gw dateng ketoko Jam. Benda pertama yang menarik mata gw adalah jam waker seukuran kotak tamiya, dan lagi – lagi ada gambar doaemonnya. Setelah ngeliatin dan ngebolak -balikin ga jelas akhirnya gw putuskan ga jadi beli karena takutnya malah ganggu tidur dia, soalnya dia itu insomnia mulu 😀
Ditempat keempat gw dateng ketoko tas didaerah Pondok Betung. dari hasil ngobrak abrik isi toko itu barengan karyawannya akhirnya ketemu tas dari bahan jeans dengan tambahan bordiran lonceng doraemon. Tapi gw ragu apa iya ini cocok buat anak kuliahan, akhirnya gw “test drive” tas itu dengan nyuruh pengunjung laen make tas itu dan nyruh dia jalan. ternyata dari pengamatan gw itu tas terlalu anak -anak. akhirnya batal lagi deh.. hahah
Kebingunganpun melanda dan jam sudan menunjukan diangka 21.00, akhirnya gw sms si Nadia buat minta pendapat dan sarannya. dari semua sms panjang x lebar x tinggi itu akhirnya didapat 3 pilihan yaitu , 1. Alquran bahasa inggris, 2. Boneka , 3. Polo shirt.
akhirnya gw putuskan untuk mulai nyari besok pagi.
pagi jam 8.00 gw langsung menuju Ahad Mart buat nyari alquran, ternyata ga nemu juga. Kalo cuma alquran sih banyak, tapi yang ada translate englishnya kaga ada. Terus gw menuju ke SMP Sudimara Tangerang buat nyari alquran itu dikoperasi sekolah, tapi yang terjadi adalah gw disambut guru disekolah itu dan mulai ngobrol tentang keperluan gw.
GW : “Permisi Pak, saya mau kekoperasi cari alquran yang udah ada translate englishnya”
Mr.X : “oh silahkan masuk dulu, ayo duduk”
GW : “iya makasih Pak, memang disini ada Pak ?”
Mr.X :”kalo boleh tau memang untuk apa ya?, koq jarang banget kayanya ada yang nyari alquran begituan”
setelah mikir sejenanak akhirnya w ngeboong..
GW : “iya jadi ceritanya gini, saya punya temen bule, dia mau jadi mualaf”
Mr.X : “wah bagus itu, mulia sekali niatnya” bla bla bla…..
setelah malah asik sendiri dengan ceramahnya akhirnya dia bilang bahwa sekolah itu ga punya koperasi.. @#@#@^^%# Gubrakkkkkkkkkkk %$%#%$
tapi diakhir sesi obrolan kita itu, dia janji mau bantuin nyari alquran itu, dengan alasan dia suka ada bule yang mualaf dan dia bisa terlibat ngebantu.. hihihi
Jam menunjukan pukul 9.12 akhirnya menuju Gramedia. disini gw disambut sama pegawai yang masih training. Gw pun to the point langsung nanya ada atau ngga alquran itu. Dan mungkin karena dia masih baru jadi dia juga ga tau ada atau ngga, akhirnya dia obrak abrik rak buku bagian alquran, dan hasilnya nihil.. haha
Waktu makin berlalu, akhirnya gw putuskan beli boneka. gw pun menuju Cipadu karena gw tau disitu pusatnya boneka. Setelah beberapa toko gw raba akhirnya dapet boneka doraemon yang lumayan gede tapi ga segede yang kemaren. Tapi pas gw mau ngangkut boneka itu gw ngeliat ada boneka lebah !!!.. Wahhh ini dia yang gw cari – cari, Tika kan selama ini suka nyebut gw “Bee” dengan sangat gesitnya gw langsung bilang “mbak mbak mbak yang itu aja”. alasanya simpel gw ga mau ngasih hadiah yang udah biasa dia terima. filosofinya sih biar dia inget gw terus.. cihiiiiiiiiiyyy
akhirnya gw pun memboyong boneka itu dan 1 bantal gede biar dia tidurnya ngimpiin gw mulu.. haha

Ya begitulah akhirnya gw bisa ngasih hadiah yang walaupun mungkin aneh tapi yang penting itu tulus dari gw untuk dia..
Happy birthday Honey 🙂

Maaf, aku pilih keluargaku

Aku dihadapkan pada pilihan yg sulit.
Saat semua terlihat biasa saja dan cenderung menyenangkan, ada perasaan yg serba salah.
Aku jelas cinta padanya, tapi kalau harus begini terus, tanpa kepastian arah dan bahkan aku tak tau dimana aku berada sekarang. Bagaimana aku bisa bergerak seperti yg aku mau?
Kalau pertanyaannya apakah aku cinta padanya ? Jawabnya pasti “Ya” , tapi aku tak bisa memungkiri bahwa cintaku pada keluargaku jauh lebih besar daripada cintaku padanya. Jadi kalau suatu saat nanti aku harus memilih keluarga atau dia ?
Aku akan pilih keluarga !
Tapi bukankah menjadikannya bagian dari keluarga berarti aku telah memilih Dia juga?
kapan waktu itu tiba? Hanya aku – dia – dan Tuhan yg tau. 🙂