Merasa

hari ini ngerasa bersalah sama Tika, ninggalin dia sendiri pas dia baru nyampe kampus, ga nemenin dia kongkow. . Huuuh ga enak jadinya. Walaupun sebenernya itu karna gw lagi sakit gigi tapi tetep aja ngerasa salah.
Mau nyanyi ah buat dia. .
Abdul & TCT – Kucinta kau lebih dari kemarin
maafkan ku bila ku kurang romantis
tak segombal lelaki lain
memang diriku tak penuh kejutan
tak mampu guncangkan dunia namun kau pun tahu
hati ini hanya untukmu
namun kau pun tahu
ku tak dapat hidup tanpa dirimu ooh reff:
ku cinta kau saat ini
lebih dari hari yang kemarin
dan akan ku beri kau lebih dan lebih
sampai akhir hayat nanti repeat reff percayalah padaku
cinta ini takkan pernah mati
karena hanya padamu tlah aku temukan
satu cinta yang tulus dan jujur diriku repeat reff [2x] sampai akhir hayat nanti
sampai akhir hayat nanti

Maaf ya sayang. .

Balada PSSI

PSSI memutuskan untuk tidak memilih pemain Timnas yg tidak bermain di kompetisi dibawah naungan PSSI. Banyak pemain potensial yg terpaksa gigit jari hanya karna arogansi PSSI. Sebut saja Irfan Bachdim, padahal kemampuan pemain ini sangat baik dan sudah terbukti diturnamen AFF Cup 2010. Ia bahkan menyatakan sangat mencintai Indonesia, buktinya apa ? , ya buktinya ia rela meninggalkan kompetisi di Belanda yg sudah pasti lebih baik dari Indonesia.
Pemain lainnya adalah Kim Jefrey Kurniawan, pemain ini bahkan adalah hasil naturalisasi, program PSSI. Belum sempat ia membela timnas, tapi ia sudah dipastikan tidak akan dipilih. Lalu apa tujuan PSSI “meminta” Kim melepas kewarganegaraan Jerman-nya?. Tidakkah PSSI memikirkan “nilai” status kewarganegaraan bagi seseorang?
Pemain selanjutnya adalah Wirya Kusmandra, Pemain ini telah lolos seleksi Timnas U-23 , namun karena pemain Persija ini dalam proses pindah klub maka PSSI pun mencoretnya, sepertinya PSSI khawatir pemain ini akan pindah ke klub yg ikut LPI.
Pemain teraktual lainnya adalah Ridwan, dalam daftar skuad tim Tangerang Wolves, peserta LPI, nama pemain ini ada dalam daftar pemain sejak bulan desember, bahkan sudah menerima gaji dari klub Tangerang Wolves. Namun PSSI menklaim bahwa Ridwan adalah pemain Persita, peserta divisi utama. Khawatir pemain tak dapat mewujudkan impiannya, pihak Tangerang Wolves memilih untuk berbesar hati dan merelakan pemainnya “diklaim” sebagai pemain Persita.
Ironis, ketika kualitas pemain dikalahkan oleh arogansi politis PSSI. Muncul pertanyaan, “Bagaimana jika ada putra bangsa yg bermain untuk klub sekelas MU atau Real Madrid, Apakah tetap tidak akan dipanggil ?” , pertanyaan ini mungkin juga memjawab pertanyaan mengapa Radja Nainggolan dulu tidak dipanggil, padahal kualitasnya sangat baik, buktinya klub Cagliari yg kini berlaga di Seri – A liga Italia mau memakai jasanya.
Apakah kebijakan ini adalah murni aturan dari statuta PSSI ? Saya pikir Tidak, ini hanya kepentingan sepihak. Buktinya Bambang Pamungkas. Dia dipanggil ke Timnas sebelum memiliki klub.

Ayah

Ibu, Kau kisahkan sosok
tangguh padaku
Bukan tentang dia yang
tampan atau kaya
Hanya pria kurus yang tak beristana
Melangkah tanpa takut
jurang dimuka
Kadang dia menangis untukku
yang sering terjatuh
Sentuhan lembut untukku, bagai embun menyapa
dedaunan layu
Tapi tak pernah dia meminta
tangisku untuk semua peluh
diwajahnya
Hanya satu yang dia minta, agar selalu Ingat pada – Nya Dia adalah kau Ayahku..
Tak pernah kuberpikir untuk
melupakanmu
Meski kadang ku tak
mengerti maksudmu
Selalu kau katakan kepadaku..
”Apapun yang kulakukan untukmu, semua itu karna
kusayang padamu anakku”

100%

kemaren malem sempet ga karuan hati gw setelah baca blog temen gw. Isi blog itu seolah lagi nyeritain tentang gw. Sempet gw pikir “ah bukan gw itu mah” , tapi makin diperatiin malah makin bikin gw yakin kata “Dia” diblog itu adalah gw.
Niatnya semalem mau baca The Soloist, tapi baru 2 halaman gw udah ga konsen.. Tidurpun ga bisa, akhirnya gw pun ngabisin malem itu dengan dengerin radio sambil buka twitter dan lucunya itu juga yg dilakukan temen gw ini (sipemilik blog), gw bisa liat ditimeline semua tweet dia.
sesekali gw merenung, “apa iya gw pantes untuk dia. .” Hmm. .
kadang juga terucap, “dia temen gw, koq gw mikir yg ngga ngga”
Dipost gw tanggal 11 januari kemaren, udah gw tegaskan bahwa gw ga bisa sama dia.
Tadi pagi gw pergi ke gereja, gw liat banyak orang yg seumuran gw bisa gereja bareng pasangannya. Sempet ada rasa iri, tapi ga lama, karna gw tau ga semua orang terlahir sebagai seorang Katholik, tapi banyak orang yg hidup dengan pemikiran Katholik. Termasuk temen gw ini.
ntahlah. .
Gw masih ragu apa bener yg gw duga ini, tapi kalaupun salah gw tetap bersyukur karna dia adalah temen yg layak untuk diidolakan.. 🙂
Sepulangnya dari gereja, gw udah menetapkan pilihan, yaitu tetap menganggap dia sebagai temen apapun perasaan dia ke gw, biar waktu yg nuntun jalan pemikiran gw. Tuhan udah punya rencana buat gw, kalo jodoh pasti ada jalan untuk melangkah kearah yg lebih tinggi lagi.
Michelle (mantan gw) pernah bilang, “you’ll never wait too long if you know that you deserved to find”
So let it flow naturally 🙂

Penjara nilai

Gw hari ini lebih banyak merenung daripada belajar, padahal besok UAS.. ! ! Ya bener Gw ga pernah terlalu musingin hasil ujian gw, tapi gw selalu berharap nilai gw bagus.. Mungkin agak konyol kedengerannya, tapi satu hal yg harus dipahami adalah spesifikasi “nilai bagus” menurut gw adalah ketika seseorang berhasil menuangkan minimal 80% apa yg dia tau. Ya harus ditekankan kata kata “Apa yg dia tau”. Karna fenomena yg terjadi adalah banyak orang terkurung oleh paradigma “nilai bagus”.
Segala cara dilakukan asalkan nilainya bisa berada di kasta teratas, bahkan nyontek jadi hal yg legal. Gw sering bertanya sama diri gw sendiri setelah gw nyontek, “kenapa gw tadi harus nyontek?” Dan jawaban apapun atas pertanyaan ini ga akan membimbing gw kearah yg bener. Yg muncul paling sering adalah pembenaran atas situasi ( justify ). Padahal ujian ada untuk membuat seseorang bisa “naik kelas”, artinya tiap orang yg nyontek atau ga mau nyelesaiin ujian sebenernya dia sudah mengaku bahwa dia ga siap dan ga layak ga “naik kelas”, dia memilih untuk berada dikasta bawah untuk waktu yg lama. Dan gw ga akan ambil pilihan itu.
Gw mau keluar dari penjara itu. Gw udah kapok kepeleset ditempat itu, tempat yg ga mendukung kemajuan diri gw. Sebagai teman gw hanya bisa mengundang supaya kita sama sama keluar dari penjara itu, tapi kalau penjara itu membahagiakan buat kalian ya sudah, nikmatilah..
Warm Regard – Usber

Pasif-ku

Harus gw akui bahwa rasa suka sama dia mulai tumbuh, walaupun awalnya cuma karena sering diisengin temen – temen aja.
Ga pernah kebayang gw bisa suka sama orang yg hobinya agak mirip sama diri gw sendiri, yaitu nulis. Karna buat gw tulisan adalah gambaran kepribadian penulisnya.
Gw memilih untuk ga bertanya info apapun ke orang sekitarnya, karna dari tulisannya gw bisa banyak tau tentang dia.
Tapi sayangnya rasa suka gw memudar dengan sendirinya setelah baca blog dia yg ngebahas seseorang, yg sepertinya adalah mantannya. Dari tulisan itu gw tau dia masih sayang sama orang yg dia maksud. Dan buat gw itu sangat tidak layak untuk diperjuangkan. It’s not my fight.
Saat gw ngetik curhatan gw ini langsung keinget sama wajahnya yg lagi senyum didepan kelas pas gw baru nyampe kampus.
Ya dia cantik, ya dia baik, ya dia pinter.. Tapi dia bukan untuk gw.
Gw yg ga pernah bisa menggombal, gw yg ga bisa romantis dan gw yg ga bisa tenang kalau dia didekat gw.
Seandainyapun dia suka sama gw, akan sangat menyakitkan untuk menerima kenyataan bahwa gw dan dia ga akan bisa selamanya bareng. Alesan klasik selalu membayangi, yaitu Perbedaan keyakinan.
ya sudahlah, gw sayang dia tapi gw juga harus sadar sampai mana batesnya gw boleh sayang dia.

hanya Aku saja

Sejujurnya hari ini (11 Januari 2011) aku sangat sedih. 4 orang sahabatku bahkan tak tahu kesedihanku ini.
Terlalu banyak tekanan, terlalu banyak pilihan yg sebenarnya bukan pilihan yg harus dipilih (karna harusnya dijalankan).
Bridge, Kuliah, Bisnis dan Bergaul adalah 4 hal yg menaungi hari – hariku. Dan sayangnya keempat hal itu belum bisa saling mendukung satu sama lain. Akan selalu ada yg dikorbankan, misalnya saja hari ini, aku menuangkan hampir seluruh energi hanya untuk Bridge dan Bergaul. Sejenak aku tadi merenung, “Bisnisku seperti mengalami kemunduran yg sangat tajam, kuliahku kedodoran karna jarang baca buku mata kuliah. lalu kapan aku mulai membangun bisnis dari awal lagi? Dan kapan aku mau kembali membaca pelajaran kampus lagi?”
tapi satu hal yg harus aku sadari, ini semua terjadi bukan karna kemauanku, melainkan ini adalah kewajibanku. Ya benar ini kewajiban yg harus dijalani tanpa harus menyalahkan siapapun.